Rabu, 25 Juli 2012

Apresiasi

Akhirnya kembali ke coffee break. Rasanya sudah lama sekali saya tidak menulis tentang sesuatu yang santai. Kali ini saya ingin bercerita tentang sebuah bentuk apresiasi yang saya dapatkan belum lama ini.

Alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi pegawai terbaik tingkat eselon II di tempat saya bekerja. Jarang sekali saya mendengar ada bentuk apresiasi semacam ini di lingkungan instansi pemerintahan. Mungkin saja program seperti ini baru digelar di tempat saya bekerja. Satu hal yang pasti, terpilih sebagai pegawai terbaik di tingkat eselon II adalah sebuah kehormatan yang luar biasa bagi saya.

Enough about me.

Terkait apresiasi itu sendiri, saya teringat karakter Naruto yang di awal ceritanya itu hidup demi mendapat apresiasi. Naruto ingin sekali menjadi seorang ninja yang menonjol dan diakui kehebatannya oleh orang-orang di sekitarnya. Dia akan melakukan banyak hal (yang mayoritas tidak baik) demi mendapatkan perhatian banyak orang. Fortunately, he found such appreciation.

Enough about Naruto.

Seperti halnya Naruto, kita semua pun butuh apresiasi pada pekerjaan kita. Apresiasi yang saya maksud tentunya tidak sama persis seperti yang Naruto butuhkan. Ada banyak faktor yang menentukan seberapa butuhnya kita terhadap apresiasi. Pada intinya, menurut saya, bila kondisi eksternal membuat kita merasa tidak dihargai, maka semakin besar keinginan kita untuk diakui dan dihargai oleh orang lain.

Dalam dunia kerja pun sama. Kita butuh apresiasi. Kita butuh penghargaan terhadap pekerjaan yang sudah kita lakukan. Kita butuh penghargaan terhadap pencapaian-pencapaian kita. Bukan untuk menyombongkan diri, tapi untuk menjaga agar kita tetap memiliki motivasi untuk terus berkreasi. Hal ini saya rasakan sendiri saat ditetapkan sebagai pegawai terbaik tingkat eselon II itu.

Ibarat Naruto... Lupakan Naruto. Saya sudah lama tidak mengikuti ceritanya.

Ibarat mendapatkan tepukan di bahu dari atasan, penghargaan pegawai terbaik itu menjadi dorongan tersendiri bagi diri saya. Paling tidak saya mendapatkan bukti bahwa 2 (dua) tahun lebih bekerja sebaik mungkin tidak serta-merta menjadi sia-sia. Dan bukti ini sepertinya akan membekas cukup lama untuk mengingatkan saya agar terus bekerja dengan baik. Selama apa? Minimal selama saya masih diingatkan untuk mentraktir rekan-rekan kerja saya dalam rangka "syukuran".

Kemudian...

Demikian. Jangan sampai coffee break ini berubah menjadi tulisan yang terlalu serius. Pada intinya, saya hanya ingin berbagi kebahagiaan tentang sebuah apresiasi istimewa yang baru saja saya dapatkan. Harapan saya orang-orang yang sudah banyak berkontribusi di tempat kerja masing-masing pun mendapatkan apresiasi yang sama dengan saya. Aamiin.