Ada yang belum tahu kalau Adian Napitupulu dikabarkan bersikap kasar dengan
ngetwit "Bajingan kalian semua!" di Twitter? Saya yang tidak gaul ini baru tahu tadi pagi lewat Facebook. Kabar tersebut saya dapatkan lewat sebuah gambar di Facebook seperti yang bisa dilihat pada Gambar 1.
|
Gambar 1: Bajingan kalian semua! |
Terdengar kasar, bukan? Apalagi bila yang mengucapkannya adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sikap kasar seperti itu semakin sulit diterima banyak orang. Apalagi bagi orang-orang yang sudah terlanjur antipati dengan anggota DPR atau dengan Adian Napitupulu (dan partai yang mendukungnya), sikap kasar ini kemungkinan besar akan menjadi semacam katalisator yang memancing cemoohan.
Kabar seperti ini biasanya ibarat angin lalu bagi hidup saya, tapi insting saya untuk melakukan klarifikasi sedang menyala. Saya langsung saja mengunjungi akun Twitter Adian Napitupulu (
https://twitter.com/AdianNapitupulu). Saya coba telusuri
timeline Adian Napitupulu, tapi yang saya temukan justru penyangkalan seperti yang terlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
|
Gambar 2: Penyangkalan Adian Napitupulu 1 |
|
Gambar 3: Penyangkalan Adian Napitupulu 2 |
Pertanyaannya adalah apa mungkin ada akun palsu? Apa mungkin ada 2 (dua) akun yang menggunakan nama pengguna yang persis sama? Bukankah itu tidak diperbolehkan oleh Twitter? Jawabannya adalah "mungkin saja" karena huruf "L" kecil dan "i" besar itu memiliki bentuk yang sama di
interface (antar muka) Twitter. Kondisi ini tidak hanya berlaku di Twitter. Facebook, Google+, antar muka aplikasi-aplikasi
browser, antar muka aplikasi-aplikasi di Android, dan berbagai antar muka lainnya menggunakan jenis huruf yang sama seperti antar muka Twitter.
Pertanyaan berikutnya adalah apa
memang benar ada akun palsu? Jangan-jangan ini semua hanya propaganda untuk menutupi aib pemilik akun yang bersangkutan. Untuk menjawab pertanyaan ini, penelusurannya pun saya lanjutkan.
Saya memulai penelusuran saya dengan mencari "bajingan kalian semua" menggunakan fitur pencarian
di Twitter; bukan lewat Google. Hasilnya? Sudah muncul terlalu banyak twit yang berisi kata-kata tersebut sehingga penelusurannya menjadi sulit.
Petunjuk berikutnya yang saya gunakan adalah "parikecrit". "parikecrit" ini adalah nama akun Twitter yang dikatai "muka ndeso" oleh Adian Napitupulu seperti yang terlihat pada Gambar 1. Sayangnya di akun @parikecrit itu pun saya tidak menemukan petunjuk yang berarti. Akhirnya saya mencoba mencari "parikecrit" menggunakan fitur pencarian di Twitter. Hasilnya? Saya menemukan akun lain yang mengkutip twit terkait dari parikecrit sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.
|
Gambar 4: Twit parikecrit yang dikutip oleh hampirpunah |
Untuk memastikan dugaan akun palsu, saya langsung
copy semua teks dalam twit hampirpunah itu dan
paste ke aplikasi Notepad. Hasilnya? Ilusi yang muncul akibat tertukarnya huruf "L" kecil dan "i" besar itu terbukti sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 5. Pada gambar tersebut, kita dapat melihat dengan jelas nama akun "adiannapitupu
iu"; bukan "adiannapitupu
lu" (sengaja saya tulis dalam huruf kecil untuk memperjelas perbedaannya).
|
Gambar 5: Twit hampirpunah versi Notepad |
Yang berikutnya saya cek adalah "Syakiransa". "Syakiransa" ini adalah akun yang dikatai "ngemeng" oleh Adian Napitupulu seperti yang terlihat pada Gambar 1. Berbeda dengan parikecrit, twit terkait dari Syakiransa ini masih bisa ditelusuri di akunnya. Saya berhasil menemukan twit balasan atas twit "ngemeng" tersebut sebagaimana terlihat pada Gambar 6. Versi tmi.me dari twit tersebut bisa dilihat pada Gambar 7.
|
Gambar 6: Twit balasan Syakiransa |
|
Gambar 7: Twit balasan Syakiransa versi tmi.me |
Dari Gambar 7 saja kita bisa langsung melihat "adiannapitupuiu"; bukan "adiannapitupulu". Untuk memastikannya, saya pun melakukan proses
copy-paste yang sama dengan yang saya lakukan pada twit hampirpunah sebelumnya. Lagi-lagi saya menemukan bahwa yang digunakan adalah nama akun "adiannapitupuiu" sebagaimana terlihat pada Gambar 8.
|
Gambar 8: Twit balasan Syakiransa versi Notepad |
Bagi saya, temuan-temuan saya di atas memastikan bahwa telah terjadi fitnah. Saya pribadi bukan bermaksud membela orang yang difitnah. Saya pun tidak bermaksud menunjuk siapa pun yang melakukan fitnah. Saya hanya memang tidak suka melihat fitnah bertebaran karena fitnah itu memang lebih kejam daripada pembunuhan. Kalau bisa, saya bahkan ingin menjadi orang yang mencegah terjadinya fitnah. Sayangnya bola salju yang digulirkan sudah terlanjur besar dan sulit untuk dihentikan. Sulit dihentikan atau malah tidak mungkin dihentikan? Entahlah.
Satu hal yang pasti, saya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menjadi orang yang suka menebar fitnah. Hal itu memang bertentangan dengan prinsip hidup yang saya jalani. Hal itu pula yang menjadi alasan utama kenapa saya akhirnya melakukan penelusuran di atas dan meluangkan waktu saya untuk menuangkan hasilnya dalam tulisan ini.
Pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa ini adalah melakukan klarifikasi itu penting; sepertinya kita perlu membiasakan hal itu. Jelas bahwa sumber informasi yang terpercaya sekalipun, misalnya teman kita yang sangat jujur, mungkin saja salah memahami sebuah informasi sehingga informasi yang salah itu dianggap benar dan diteruskan kepada kita. Akan lebih baik menahan informasi yang belum pasti kebenarannya daripada mengambil risiko melakukan fitnah atau menyesatkan orang lain. Dengan sikap seperti itu, paling tidak kita sudah mengambil satu langkah ke depan untuk menjadikan kehidupan ini lebih baik.
Edit (3 Oktober 2014 20:55):
Saya sudah menyempatkan diri untuk mengunjungi akun Twitter "adiannapitupuiu" dan isinya kosong melompong seperti yang terlihat pada Gambar 9. Gambar tersebut lupa saya cantumkan dalam tulisan di atas.
|
Gambar 9: Akun Twitter adiannapitupuiu |
Sekian.